Pesan Persatuan dari Pakaian Adat: Prabowo Betawi, Gibran Gayo

Read Time:1 Minute, 22 Second

BundaranNews.com_ Presiden Prabowo Subianto memimpin Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (17/8/2025).

Berdasarkan pantauan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Presiden tampil anggun dengan busana adat khas Betawi asal DKI Jakarta, yang memadukan kesederhanaan tradisi lokal dengan nuansa elegan sarat makna kebangsaan.

Presiden mengenakan baju sadariah putih, busana tradisional pria Betawi yang sederhana namun penuh nilai kesahajaan. Paduan dengan celana komprang longgar memberi kesan luwes, mencerminkan karakter masyarakat Betawi yang egaliter dan terbuka.

Di pinggangnya, terikat kain batik Betawi bercorak cerah, sementara peci hitam melengkapi penampilan sebagai identitas nasional. Tak ketinggalan, kalung melati menambah simbol ketulusan, kesederhanaan, dan penghormatan pada tradisi Nusantara.

Kombinasi tersebut tidak hanya menampilkan identitas kultural Betawi, tetapi juga menegaskan pesan persatuan dalam keberagaman budaya Indonesia. Penampilan Presiden sekaligus menjadi simbol bahwa kepemimpinan harus dijalankan dengan kesederhanaan, keterbukaan, dan ketulusan di bawah panji Merah Putih.

Sementara itu, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tampil berwibawa dengan pakaian adat khas Gayo asal Aceh Tengah, menegaskan pesan kebhinekaan dan persatuan bangsa.

Wapres mengenakan baju kerawang Gayo berwarna hitam dengan sulaman emas khas, melambangkan keagungan, keberanian, dan semangat perjuangan rakyat Aceh. Motif sulaman tersebut memiliki filosofi mendalam, di antaranya tentang keadilan, kebersamaan, dan ketaatan pada nilai adat.

Penampilan Wapres semakin berkarakter dengan ikat kepala khas Gayo, bulang teleng, yang melambangkan kepemimpinan, kehormatan, dan kebijaksanaan. Perpaduan pakaian adat Gayo ini mencerminkan semangat gotong royong dan kearifan lokal dalam membangun persatuan bangsa.

Pemilihan pakaian adat Gayo oleh Wapres bukan sekadar seremonial, melainkan bentuk penghormatan terhadap budaya Aceh Tengah sekaligus pengingat bahwa kemerdekaan adalah milik seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.(Sumber indonesia.go.id)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Pimpin Renungan Suci, Presiden Tegaskan Komitmen Lanjutkan Perjuangan Pahlawan
Next post Pembangunan Ponpes Al-Mak’ruf Butuh Uluran Tangan Para Dermawan